28 Juli 2018

Rahasia Kesuksesan Hartadinata Harianto


Rahasia Kesuksesan Hartadinata Harianto
 Hartadinata Harianto

Ada suatu tren yang semakin memandang buruk sekolah dan pentingnya pendidikan. Entah dengan membesar-besarkan tentang pengusaha putus sekolah yang sukses, membanding-bandingkan dengan luar negeri, atau membanding-bandingkan dominan otak kiri atau kanan, serta melimpahkan semua kesalahan/tanggung jawab pada guru dan sekolah. Tak ketinggalan pula keyakinan bahwa seseorang hanya bisa sukses pada satu bidang.

Disadari atau tidak, keyakinan-keyakinan tersebut sedikit banyak mempengaruhi pemikiran siswa menjadi malas belajar/sekolah.

Di sisi lain, orang-orang yang sukses/berprestasi tinggi, misalnya juara kelas, seringkali dibenci dan didengki teman-temannya. Orang-orang cenderung hanya melihat permukaan: Oh dia otak kiri, oh dia memang pinter, oh dia kaya, oh dia tipe kepribadian begini, oh kecerdasanku memang beda dan gak mungkin kayak dia, dan begini begitu, tanpa mengetahui bagaimana usahanya. Tanpa tahu apa saja harga yang harus dibayar. 

Akhirnya muncul pernyataan-pernyataan yang membuat diri sendiri/orang lain perasaannya membaik (agar tidak minor lagi). Adanya sesuatu pernyataan yang tadinya timbul untuk membuat perasaan pihak lain (yang dianggap/merasa minor: misal orang berpendidikan rendah/putus sekolah/tidak ranking) membaik ternyata malah memunculkan pernyataan merendahkan dari pihak lain tersebut. Selain juga memunculkan rasa ketidakpercayaan akan dunia pendidikan dan menurunnya rasa menghormati dan menghargai guru dan orang lain. Ini sangat disayangkan.

Sebagai pembanding saya akan menceritakan bagaimana kesuksesan seorang Hartadinata Hardianto (Harta) dan bagaimana usahanya meraihnya. 

Harta ini adalah satu-satunya murid Indonesia yang terpilih untuk mendaftar di Bard High School Early College (BHSEC), sekolah khusus yang berada di bawah pengelolaan Yayasan Bill dan Melinda Gates. Ia meraih IPK sempurna 4,0, kuliah di 2 jurusan sekaligus, dan meraih berbagai penghargaan. 

 Keberhasilannya tidak semata-mata datang begitu saja. Terdapat usaha dan faktor-faktor pendukung sebagai berikut:

1.   Motivasi tinggi dan kemauan keras untuk belajar
Selalu menyempatkan diri belajar di manapun dan dalam keadaan apapun. Dia selalu antusias belajar di sekolah, sedangkan di rumah dia selalu mengulang kembali pelajaran hari itu, mengerjakan PR, dan mempersiapkan pelajaran besok. Ia terbiasa belajar dan menghafal minimal 4 jam per hari.

2.   Orangtua sebagai guru terbaik
Harta mengakui orangtua dan gurunya adalah pendukung kesuksesannya.
Di antara yang diajarkan oleh orangtuanya adalah:
a.  Sejak kecil dikenalkan dengan bahasa Inggris di sekolah dan kursus.
b.  Diajarkan mandiri, misalnya cuci piring sendiri sehabis makan.
c.   Membangun komunikasi dan pengertian yang hangat antara orangtua dan anak.
d.  Menemani saat belajar.

3.   Supel/ramah
4.   Mampu beradaptasi
5.   Mengendalikan rasa malas
Sebagai manusia biasa, rasa malas bisa saja muncul. Untuk mengatasinya dia membaca buku-buku motivasi atau buku orang-orang sukses.
6.   Memilih lingkungan yang tepat
a.  Memilih teman yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar.
b.   Memilih sekolah yang memberikan tantangan serta nilai tambah terbesar dari segi pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku.
7.   Meminta nasehat guru pembimbing
8.   Pandai mengatur prioritas kegiatan dalam manajemen waktu
Harta bisa sukses di pendidikan, membantu pekerjaan di rumah, bergabung dengan klub olahraga, dan aktif di beberapa ekstrakurikuler. Ia menggunakan sekitar tujuh puluh lima persen dari waktunya untuk belajar, sedangkan sisanya baru untuk aktivitas lain.
9.   Bercita-cita tinggi dan tahu mengapa memilih cita-cita tersebut
10.   Fokus menggapai cita-cita
Dengan cara selalu fokus menanamkan motivasi kuat, kepercayaan diri tinggi, dan mencari jalan yang tepat untuk meraih cita-cita tersebut.
11.   Fokus pada tujuan belajar
Misalnya, jika ingin menjadi insinyur maka harus pandai matematika dan fisika.
12.   Meyakini bahwa pendidikan/sekolah itu bermanfaat, bukan hanya mendukung sukses finansial tetapi juga sukses pemikiran. Sekolah merupakan sarana meraih sukses di masa depan.
13.   Mengenal diri sendiri
Sebelum memilih sekolah/jurusan di perguruan tinggi, bertanyalah kepada diri sendiri, apa potensi kita, kemampuan kita, kelebihan kita, pelajaran yang kita sukai, kegiatan yang kita minati, bakat yang kita senangi, karir kita di masa mendatang, dan sebagainya.
14.   Memanfaatkan prinsip kerja otak:
a.  Sinergi
b.  Pengulangan
c.   Tanamkan keyakinan bahwa kita akan sukses asal tekun dan berdoa.
d.  Tekun
e.  Menggunakan teknik mengingat
f.    Menggunakan teknik membaca cepat
g.  Jeda belajar (istirahat) setiap 30-45 menit sekali dan buat catatan/ringkasan.
15.   Tanamkan rasa tidak mudah berpuas diri dan terlena dengan keberhasilan yang telah dicapai.
16.   Memulai dari visi:
a.  Apa yang sebenarnya Anda inginkan?
b.  Apa yang ingin dicapai?
c.   Mengapa melakukan semua hal yang Anda lakukan sekarang?
d.  Mengapa Anda pergi ke sekolah?
Untuk belajar. Baik, lalu Anda belajar untuk apa? Untuk mendapatkan nilai baik. Lalu, nilai baik untuk apa? Untuk mendapatkan pekerjaan bergaji baik. Lalu, apa manfaat atau hasilnya?
17.   Hasrat untuk sukses
Yaitu kekuatan yang membuat Anda tetap maju tidak peduli rintangan apa pun.
18.   Memiliki integritas kuat, sehingga tidak mudah keluar jalur.
19.   Perbanyak koneksi.
20.   Ikuti berbagai kegiatan di sekolah untuk mempelajari lebih banyak hal dan melatih kemampuan berorganisasi.
21.   Disiplin dan memiliki inisiatif sendiri.
22.   Selalu berpikir positif.
23.   Tidak cukup hanya membaca, miliki pula sikap kritis mempertanyakan segala sesuatu.
24.   Membangun diskusi positif.
25.   Belajar di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
26.   Bersyukur
27.   Bekerja sama dengan orang yang memiliki tujuan dan impian sama
28.   Menemukan pembimbing yang tepat
Bisa orangtua, guru, atau teman.
29.   Fokus dan terus melangkah

Bisa Anda lihat, setidaknya ada 29 faktor pendukung kesuksesan Hartadinata Harianto. Sederhana, tetapi tidak mudah.

Semua orang berpotensi untuk sukses, asal tahu caranya. Bisa dari pendidikan sekolah atau luar sekolah, dari keluarga kaya atau miskin, dari dominan otak kanan atau kiri (ini keyakinan lama tentang teori otak, padahal teori otak sudah terpatahkan), dari bekerja sebagai pengusaha atau kantoran, dan sebagainya. Banyak jalurnya.

Daripada sekadar iri dengki atau berkata-kata negatif, lebih baik tiru cara Hartadinata Harianto di atas. Semua orang sukses berproses. Alih-alih hanya melihat hasilnya, lihatlah juga prosesnya. Mau tidak Anda menjalaninya?


Sumber:
Harianto, Hartadinata. 2013. Rahasia Belajar Lulusan Terbaik Bard High School, Sekolah Khusus yang Didanai Bill Gates. Jakarta: Puspa Swara.

Sumber gambar: Detiknews

Memberilah maka Engkau akan Bahagia


Memberilah maka Engkau akan Bahagia
Pelukan, salah satu bentuk pemberian

Hidup telah memberikan banyak kelimpahan kepada kita. Matahari yang bersinar, udara segar, air bersih, tumbuhan dan hewan, serta dari kebaikan orang-orang di sekitar kita. Kita ada karena kebaikan Tuhan melalui makhluk-makhluk-Nya.

Memberi merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi pemberi dan penerimanya. Ia bisa menciptakan perbedaan positif bagi Anda dan penerima pemberian tersebut. Selain itu, memberi akan membuat Anda merasa bermakna, genap, dan bahagia.

Ada banyak sekali manfaat memberi, di antaranya memberi bisa membentuk hubungan-hubungan baru, menciptakan rasa aman, memudahkan pekerjaan, kesehatan yang baik, rasa berdaya, bangga dan berhasil, kebahagiaan, kedamaian dan cinta, serta membuat Anda merasa lebih terhubung dengan orang lain.

Memberi tidak perlu menunggu kaya. Pun, tidak harus selalu berupa harta. Segala keahlian, kemampuan, dan sumber daya Anda yang berlebih bisa diberikan. Anda bisa memberikan waktu, kearifan, perhatian, cinta, tawa, tenaga, ilmu pengetahuan, kepemimpinan, harapan, kehidupan, kesehatan, sentuhan, pelukan, informasi, atau bahkan nasehat.

Setiap orang memiliki sesuatu yang dapat dilakukan lebih baik atau lebih mudah daripada orang lain, suatu bakat dari lahir atau keahlian yang mereka kembangkan. Bahkan, kita selalu bisa menambah keahlian baru untuk dikembangkan.

Apa yang dibutuhkan masing-masing orang bisa saja berbeda. Selain karena bersifat subyektif, waktu yang berbeda juga bisa menghasilkan kondisi yang berbeda. Di sini, uang atau materi tidak selalu menempati posisi tertinggi. 

Begitu pentingnya masing-masing dari sumber daya Anda, misalnya waktu dan uang, membuat Anda harus berhati-hati dalam memanfaatkannya. Bila penggunaan Anda tidak bijak atasnya, Anda tidak akan bisa memberikan waktu dan uang kepada orang lain. Atau, setidaknya, porsi yang bisa Anda berikan kepada orang lain akan berkurang.

Pemberian berupa waktu sering disepelekan orang lain. Padahal, waktu adalah umur kita. Ketika kita memutuskan untuk memberikan waktu kita, maka sadar atau tidak kita telah menyerahkan sebagian umur kita untuk urusan tersebut. 

Anda juga bisa memberi sesuatu kepada orang lain berupa sentuhan, pelukan, nasehat, tawa, atau lainnya. Penelitian menunjukkan, anak yang sering disentuh agresivitasnya akan berkurang dan menjadi lebih pengertian. Temuan ini merupakan hasil pengamatan dari Dr. Tiffany Field, seorang psikolog perkembangan dan profesor pediatri terhadap para ibu di Paris dan para ibu di Amerika. Risetnya menyimpulkan bahwa agresivitas fisik anak-anak Perancis di taman bermain jauh lebih rendah daripada anak-anak Amerika. Termasuk bila dibandingkan dengan teman mereka di Amerika Serikat, remaja Perancis jauh lebih tidak agresif dalam berbicara. 

Pelukan juga tak kalah penting. Di Jepang sampai ada jual jasa pelukan karena mungkin ada orang-orang tertentu yang begitu ingin dipeluk tetapi tidak terpenuhi kebutuhannya. Ada juga orang yang selingkuh karena kurangnya merasakan kedekatan dengan pasangannya (kurang pelukan). Beberapa dari mereka tidak ingin selingkuh hati, hanya butuh kasih sayang dari pasangan selingkuhnya (katanya, karena pasangan sahnya galak dan ketus).

Sedangkan tentang nasehat, memang harus sangat berhati-hati penggunaannya. Di antara contoh menonjol yang saya ingat adalah bagaimana Napoleon Hill bisa berubah drastis hidupnya setelah mendapat nasehat dari Andrew Carnegie. Serupa dengan itu, perkataan Napoleon Hill-yang diharapkan sebagai nasehat oleh seorang pria yang datang kepadanya- berhasil mengubah hidup pria itu dalam sekejap. Drastis juga. Ke arah positif tentunya. 

Lalu, pernahkah Anda tersesat? Atau tidak tahu akan sesuatu? Di dalam kondisi tersebut, pemberian orang lain berupa informasi yang benar sangatlah diperlukan.

Apapun bentuk pemberiannya yang paling utama adalah memberi diri sendiri terlebih dahulu. Kemudian kepada orang terdekat kita, pasangan hidup, anak, barulah kepada orang lain. Berinvestasilah ke dalam waktu Anda, kesehatan Anda, uang Anda, kebahagiaan Anda, dan sebagainya lebih dulu. 

Selain itu, untuk bisa memberi lebih banyak, Anda juga butuh melepaskan. Ya, melepaskan hal-hal yang tidak penting dari hidup Anda, misalnya: melepaskan emosi buruk, kebiasaan buruk, sikap buruk, kenangan buruk, dan belajarlah untuk bisa memaafkan. Memaafkan diri sendiri, orang lain, dan mungkin juga Tuhan. Terkadang ada orang yang begitu marah sampai marahnya diarahkan kepada Tuhan.

Memberilah kepada orang yang tepat. Sesuatu yang sama tetapi salah penerima nilainya bisa berbeda. Contohnya uang 5000. Anda memberikan kepada 2 orang miskin, yang satu lebih miskin dan lebih bersyukur, satunya miskin tapi lebih mendingan dari yang sebelumnya dan kurang bersyukur. Uangnya sama-sama 5 ribu, penerimanya sama-sama miskin, tapi nilainya bisa berbeda. Orang pertama bisa sangat berterima kasih, sedangkan orang ke dua mungkin malah menghina dengan berkata dalam hati “huh, ngasih kok segini doang”, atau, “Apa ini, kalau cuma segini aku juga punya. Buat makan aja nggak cukup, apalagi buat bayar utang.” Begitu. Harus tepat juga penerimanya.

Jadikanlah memberi sebagai bagian dari kebiasaan. Sebuah penelitian mengatakan, memberi langsung banyak (misalnya 5 jenis pemberian dalam sehari) memberikan efek bahagia bagi pemberinya. Memberilah langsung banyak dan jadikan kebiasaan sehari-hari. Pastikan pula bahwa Anda menjadi salah satu penerima pemberian Anda sendiri setiap harinya. 

Memberilah dengan ikhlas. Meskipun tidak selalu dibalas sama oleh Si penerima, Tuhan memiliki cara sendiri untuk membalas Anda dengan sesuatu yang lebih baik.

Dengan menjadikan memberi sebagai bagian dari kebiasaan, Anda sudah memberikan teladan bagi putra-putri Anda, orang-orang di sekitar Anda, dan ikut andil membuat dunia menjadi lebih baik.

Terakhir, jangan pernah meremehkan pemberian (sedekah) dalam bentuk apa pun. Anda mungkin tidak akan pernah tahu, pemberian Anda yang mana yang bernilai paling tinggi bagi seseorang. 

Nah, sudahkah Anda memberi hari ini?


Sumber gambar: Pixabay (by Pezibear)

Sumber:
Mc. Kinnon, Harvey dan Azim Jamal. 2017. Memberi untuk Menerima Lebih Banyak. Jakarta: Ufuk Press.