27 Februari 2018

Pahlawan Kesiangan dan Lunturnya Sebuah Kepercayaan



Pahlawan Kesiangan dan Lunturnya Sebuah Kepercayaan

 Ketika kuliah dulu, saya memiliki geng beranggotakan 5-6 orang. Kami dari jurusan yang berbeda-beda, tetapi masih satu fakultas. Saat itu fakultas memberlakukan sistem yang membagi seluruh mahasiswa menjadi 4 kelompok. Saya termasuk kelompok D. Pada perkuliahan tertentu saya akan bergabung dengan kelompok A, dan pada perkuliahan yang lain saya bergabung dengan kelompok C. Jadi, kami membaur. Hanya dengan kelompok B saya tidak terlalu kenal. 

Baik kelompok A, B, C, atau D terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi berbagai jurusan. Karena pada semester-semester awal mata kuliah dasar kami sama. Penjurusan mulai dilakukan pada semester 3, meski masih ada juga kuliah bersama dengan jurusan-jurusan yang lain. Dan geng saya tadi, semua beda jurusan dengan saya.

Suatu hari saya sedang ada jadwal kelas yang berbeda dengan salah satu di antaranya. Semua beda jadwal, tetapi hanya A yang berkepentingan di dalam cerita ini. Jadi, hanya dia yang saya maksud. 

Hari itu saya ada ulangan ekologi. Materinya berupa hitungan. Saya membutuhkan kalkulator scientific, dan saya membawanya. Tetapi ujian tersebut tidak di jam pertama (jam ke-2), sehingga ketika A meminjamnya saya berikan. Seingat saya, waktu itu dia membutuhkannya untuk pelajaran statistika. Dia meyakinkan saya kalau kalkulator itu akan dikembalikan secepatnya.

Meski demikian, tentu saja saya tidak bisa berlatih hitungannya. Apa yang saya pelajari lebih bersifat hafalan. Sempat juga was-was jangan-jangan dosen akan memberikan soal akar kuadrat yang hasilnya tidak bulat. Bilangannya jelek. Selain juga angka-angka hitungan lain yang “jelek” (tidak bulat).

Dan terjadilah. Bilangannya tak hanya jelek, tapi jelek-jelek. Semua terpaksa saya hitung manual, secepat-cepatnya. Itupun tak sekadar mengisi, harus membuat dulu tabel-tabel beserta segala tetek-bengeknya. 

Sang waktu sama sekali tak peduli hal itu. Ia terus berlalu tanpa menunggu kehadiran A untuk menepati kata-katanya. Berkali-kali saya melihat ke arah jam tangan namun dia tak kunjung tiba, membuat rasa stres dan putus asa ini sampai pada puncaknya. Dengan sangat terpaksa, akhirnya saya abaikan dia dan fokus pada ujian semata.

Soal-soal itu begitu menantang adrenalin saya untuk dihajar. Tak ada waktu mengurusi hal lain karena begitu jelek angkanya untuk dihitung manual. Di saat-saat seperti itu hanya jam tangan yang menjadi teman setiaku. Kami sering beradu pandang, hanya untuk memastikan agar apa yang saya kerjakan gila-gilaan ini bisa selesai tepat waktu. 

Lalu muncullah pahlawan kesiangan itu di depan pintu, tepat di saat segalanya telah usai. Wajahnya tampak aneh tetapi (seingat saya) tidak meminta maaf. Hanya berusaha menyampaikan alasan-alasan. Tetapi perasaan dikhianati dan lelah ini membuat saya mengabaikannya. Energi rasanya sudah terkuras untuk mengerjakan soal-soal tadi, hingga yang terpikir kemudian hanyalah istirahat atau makan.

Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Barang yang sama di waktu yang berbeda nilainya bisa berbeda. Kalkulator saya memang akhirnya kembali dan tetap utuh, tetapi kebutuhan saya atasnya sudah berbeda. Beruntung nilai ujian saya ternyata sangat baik, menjadi sedikit pelipur lara.




22 Februari 2018

Tips Berkomunikasi Secara Efektif



Tips Berkomunikasi Secara Efektif
 Bercakap-cakap

Berkomunikasi tidaklah selalu mudah bagi setiap orang. Sebagian orang begitu kesulitan membuat pembicaraan menjadi lancar dan seimbang. Terkadang mungkin kita yang over bicara dan mendominasi, terkadang sebaliknya. Atau, bisa juga, kita sama-sama ingin bicara tetapi tidak tahu bahan pembicaraan selanjutnya.

Berikut ini ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu:

1.   Gunakan pertanyaan yang baik, yaitu pertanyaan yang:
a.  Berkaitan dengan apa yang baru saja dikatakan oleh lawan bicara
b.  Membantu mencari kesamaan
c.  Melancarkan alur pembicaraan
d.  Mengarah ke jawaban yang lebih kompleks

2.   Bila mengajukan pertanyaan sensitif, gunakan:
a.  “Maaf bertanya, tetapi ...”
b.  “Saya ingin tahu, jika Anda tidak keberatan menjelaskannya kepada saya ...”
c.  “Kalau tidak keberatan dengan pertanyaan saya ...”
d.  “Saya harap tidak menyinggung hal yang pribadi, tetapi ...”
e.  “Anda boleh tidak menjawabnya, tetapi ...”

3.   Pilihlah bahan pembicaraan yang bersifat netral

4.   Konkret
Menggunakan kata-kata yang telah digunakan oleh lawan bicara, tetapi dikembangkan.

5.   Jangan gunakan kata “mesti”, “harus”, “sebaiknya”, “seharusnya”, “sejujurnya”, “terus terang saja”, “sebenarnya”, atau kalimat “jika saya menjadi Anda, saya akan ...”.
Hapus semua kata jaminan kejujuran.

6.   Hati-hati dengan percakapan rahasia
7.   Jangan membesar-besarkan diri sendiri!
8.   Jangan suka mengeluh
9.   Jangan suka merendahkan orang lain dan pandangannya
10.     Jangan merendahkan diri sendiri!
11.     Gunakan kalimat efektif, dan hindari penggunaan kata-kata yang salah
12.     Hindari penggunaan jargon, bahasa komputer, bahasa “kelas tinggi”, dan kata-kata sifat yang tidak perlu
13.     Jangan mengakhiri pernyataan dengan nada bertanya, misalnya: Saya tidak tahu?
14.     Selesaikan kalimat Anda

Komunikasi yang baik adalah tentang membuat nyaman lawan bicara. Perhatikan hal-hal di atas agar kemampuan komunikasi Anda menjadi lebih baik!


Sumber:
Maggio, Rosalie. 2006. Sukses Berbicara dengan Siapa Saja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Sumber gambar: Pexels
 



Cara Meningkatkan Omzet Penjualan




Cara Meningkatkan Omzet Penjualan

Omzet penjualan meningkat

Setiap penjual menginginkan omzetnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Karena hal itu menunjukkan adanya pertumbuhan. 

Namun, peningkatan omzet ini tidaklah semata-mata terjadi. Ada suatu strategi yang mengawalinya. Tidak seperti perkataan orang-orang yang mengompori, yang biasanya bilang, “Terjun saja”, seolah tanpa persiapan apapun. Kenyataannya, semua buku tentang orang sukses yang pernah saya baca memasukkan unsur perencanaan yang matang, bahkan sangat detail. Tanpa perencanaan, peluang gagal seseorang akan lebih besar dan lebih panjang (lama).

Di sini, saya membocorkan strategi dari Jenu Widjaja Tandjung dan Teguh Prayogo mengenai bagaimana sih cara meningkatkan omzet penjualan. Langsung saja ya. 

1.   Belajar tentang perusahaan, industri, pasar, dan pesaing
Konsentrasilah untuk mengamati kelemahan 2-3 pesaing terdekat. Kenali juga kekuatan dan kelemahan diri sendiri sekaligus kekuatan dan kelemahan lawan. Terapkan metode SMART (spesifik, dapat diukur, dapat diraih, nyata dan wajar sesuai “modal” kita, dan batasan waktunya jelas).

2.   Menetapkan sasaran
Ketahui pola pembelian, karakter, latar belakang sosial, budaya atau ekonomi calon pelanggan, dan segala hal yang masih berkaitan, termasuk bahasa tubuh dan cara mereka berkomunikasi.

3.   Mengatur agenda kerja
Buat perencanaan matang mengenai rute kunjungan dan daftar calon pelanggan yang hendak dikunjungi, waktu yang disepakati, dan sebagainya.

4.   Memeriksa perlengkapan

5.   Memperhatikan penampilan

6.   Optimis bertemu pelanggan

7.   Merawat kendaraan

8.   Saya suka hari Senin

9.   Follow up prospek

10.  Jangan lupa menutup transaksi
Calon pembeli yang tertarik umumnya akan:
a.  Berkomentar positif
b.  Menanyakan hal-hal teknis seperti: perhitungan, gambar, spesifikasi, dan lain-lain
c.  Meminta penjelasan ulang dan rincian mengenai cara pembayaran, cara pemakaian, manfaat atau fungsi, dan lain-lain.

11.  Rapat bersama bos

12.  Mencari prospek baru
Mencari pembeli potensial, yaitu:
a.  Yang butuh produk kita
b.  Secara efektif bisa dihubungi
c.  Benar-benar dapat mengambil keputusan
d.  Benar-benar mendapatkan nilai tambah dari produk yang kita tawarkan

13.  Melakukan evaluasi
Lakukan evaluasi terkait dengan luas wilayah penjualan, situasi wilayah penjualan, jumlah pesaing di wilayah tersebut, jumlah pelanggan, dan lain-lain.

14.  Olahraga bersama rekan

15.  Memahami pelanggan
Pelajari budaya calon pembeli sebelum menjual. Ketahui motif pembelian, baik itu motif emosional (seperti: kenyamanan dan kesenangan, diskon) maupun motif rasional (manfaat dan layanan).

16.  Mengikuti pelatihan produk
Pahamilah produk Anda dan bagaimana cara menjualnya. Pelajarilah keunggulan dan kelemahan produk, cara mengoperasikan produk, manfaat produk, bahan atau cara produksi, produk substitusi, suku cadang, proses komplain, sistem pembayaran, efek samping, serta perbedaan dengan produk sejenis dari pesaing.

17.  Mengikuti pelatihan keterampilan menjual

18.  Mencari prospek kakap

19.  Melakukan konsultasi
Untuk berkonsultasi jangan lakukan dengan sembarang orang. Pilihlah teman yang bisa dipercaya, pendengar yang baik, pandai menjaga rahasia, dewasa dan bijaksana, serta mengalami hal yang sama tetapi mampu bertahan.

20.  Check up kesehatan

21.  Santai bersama rekan-rekan

22.  Bergabung dengan komunitas penjual
Bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan bisnis kita.

23.  Memeriksa pengiriman

24.  Mengatasi keluhan pelanggan
Inti dari pelayanan adalah membantu pelanggan agar tidak ada masalah.

25.  Mendekati omzet penjualan

26.  Menghubungi pelanggan lama

27.  Peduli sesama

28.  Santai bersama keluarga

29.  Membina hubungan
Perlakukan pelanggan secara individu. Dapatkan kepercayaan dari mereka. Sedikit perbuatan lebih berarti daripada seribu janji.

30.  Singgah ke toko buku

31.  Merayakan keberhasilan

Nah, itulah 31 strategi yang bisa Anda terapkan di dalam penjualan produk Anda. Isinya lumayan seimbang, bukan? Ada olahraga, santai bersama keluarga, merayakan keberhasilan, dan sebagainya. Oke, silakan dicoba!


Sumber:
Tandjung, J.W dan Teguh P. 2012. 31 Hari Sukses Meningkatkan Omzet Penjualan. Jakarta: Elex Media Komputindo.


Sumber gambar: Pixabay