22 Mei 2017

Ngulek Rezeki di Ulang Tahun Surabaya ke-724



 Para superhero
Sumber: dok. pribadi

Hari itu Batman tidak menjaga kota Gotham. Begitupun Superman, Ironman, Spiderman, juga Gatotkaca, tidak mau menjaga kotanya masing-masing. Sedang mogok kerjakah? Atau mungkin sedang reuni? Semuanya terlihat berkumpul di Kembang Jepun Surabaya. Anehnya, mereka kedapatan ngulek bareng di sana. Hah? Ada apa dengan para superhero itu?

Para superhero tadi tentu bukanlah superhero yang asli. Mereka adalah bagian dari peserta Festival Rujak Ulek Surabaya 2017. Para peserta memang diwajibkan untuk memakai kostum unik. Tidak hanya superhero, ada juga kostum pakaian tradisional, vampir, penyihir, dan masih banyak lagi. Semua berdandan heboh karena keunikan kostumnya nanti akan dinilai. 

 Peserta Festival Rujak Ulek 2017
Sumber: dok. pribadi

Festival Rujak Ulek Surabaya tahun ini bukanlah yang pertama kali. Menurut Muhammad Fikser, Humas Pemkot Surabaya, tahun ini adalah yang ke-11 atau 12. Sejak awal diselenggarakan, festival ini bahkan telah 2 kali meraih rekor MURI untuk kategori pengulek rujak terbanyak. Ia merupakan bagian dari agenda rutin di setiap perayaan ulang tahun Surabaya.

Kali ini pun demikian, di Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-724 ini Festival Rujak Ulek Surabaya 2017 ikut memeriahkan. Sebenarnya ulang tahun Surabaya jatuh pada tanggal 31 Mei, namun peringatannya diadakan sebulan penuh. Selain Festival Rujak Ulek, HJKS ke-724 ini juga dimeriahkan oleh Parade Bunga, Islamic Book Fair, Surabaya Shopping Festival, Surabaya Health Season (SHS) 2017, lomba asah terampil bagi lansia, Pameran Kewirausahaan Pemuda, dan masih banyak lagi. Tampak di sini bahwa Tri Rismaharini, walikota Surabaya, berusaha memperhatikan setiap elemen yang ada di kotanya. Dari pemuda sampai lansia ada. Bahkan even untuk anak berkebutuhan khusus juga ada. 

 Peserta dari kelurahan/kecamatan
Sumber: dok. pribadi

Festival Rujak Ulek sendiri jatuh pada tanggal 14 Mei 2017. Tahun ini konsepnya adalah tentang perjuangan dan budaya. Sejak pagi ribuan masyarakat memadati Kawasan Kembang Jepun (sepanjang jalan Kya-Kya) untuk berpartisipasi. Mereka tidak hanya datang dari Surabaya, tetapi juga dari luar Surabaya dan bahkan luar negeri. Untuk tahun ini, pesertanya berjumlah lebih dari 1500 orang. Mereka terbagi ke dalam grup-grup yang masing-masing beranggotakan 5 orang. Mereka berasal dari kelurahan/kecamatan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), peserta umum, hotel, serta tamu kehormatan dari dalam dan luar negeri. Banyak sekali, bukan? Jumlah ini sudah meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 1300 orang. 


 Peserta Festival Rujak Ulek 2017
        Sumber: dok. pribadi

 Sebelum para peserta tadi adu kepiawaian dalam mengulek rujak, Bu Risma, panggilan akrab dari Tri Rismaharini, membawakan sambutannya. Wow, ternyata, festival ini maknanya dalam lho, bukan hanya asal mengulek atau makan rujak. Rujak ulek merupakan bagian dari sejarah kota Surabaya. Kuliner legendaris ini merupakan salah satu dari makanan khas Surabaya, selain rawon, semanggi, tahu campur, soto ayam, soto daging, dan juga lontong balap. Anak-anak kecil mungkin belum banyak yang tahu rujak ulek, sehingga harus dikenalkan kepada mereka. Untuk menghindari klaim negara lain, rujak Surabaya bahkan sudah dipatenkan dan diakui dunia. Kini, rujak ulek sudah menjadi salah satu ikon destinasi wisata Surabaya. Jadi, selain untuk mengenang dan melestarikan kearifan lokal Surabaya, Festival Rujak Ulek diselenggarakan untuk meningkatkan destinasi wisata. Lebih dari itu, ia juga dapat mempererat kebersamaan warga.

Kata Bu Risma, rujak ulek itu mengandung filosofi. Rujak itu meskipun campurannya bermacam-macam tetapi enak. Artinya berhubungan dengan kebhinekaan, Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ia ingin agar warga Surabaya tetap rukun dan tidak terpecah belah.

Salah satu tim berpose dengan bu Risma
Sumber: dok. pribadi

Mengawali lomba ini, Bu Risma bersama beberapa tamu penting tanpa malu-malu ikut mengulek rujak di cobek raksasa. Bule-bule juga ikut mengulek lho. Seru, kan? 

Setelah rujak di cobek raksasa jadi, peserta pun mulai berlomba. Tampak di antara mereka ada sepupuku, memakai kostum hijau ala Nyi Roro Kidul, lengkap dengan mahkotanya. Dia tampak menyolok sebagai wanita satu-satunya di antara 4 bapak anggota timnya yang berpakaian reog hitam-hitam. Mereka berlima mewakili Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya berusaha menampilkan performa terbaiknya. 

Ada 3 kriteria yang menjadi penilaian di dalam lomba ini, yaitu:
1.    Kekompakan yel-yel,
2.    Kostum, serta
3.    Kebersihan makanan, meja, dan tata hias meja

Jadi, tidak boleh ada sampah di sekitar meja.


 Peserta Festival Rujak Ulek 2017
        Sumber: dok. pribadi

 Turut hadir di sana anggota-anggota keluarga besarku yang lain, menonton sekaligus menjadi suporter. Mereka adalah paman dan bibi, serta sepupu-sepupu lain beserta istri/suami dan anak-anaknya. 


Tim 128
Sumber: Dok. Pribadi

Dasar memang sudah rezeki, tim 128 itu akhirnya berhasil terpilih menjadi 60 besar peserta terbaik. Sebagai hadiahnya mereka mendapatkan uang sebesar 1,5 juta rupiah. Belum selesai sampai di situ, kemenangan kembali diraih saat rasa dan hiasan rujak uleknya berhasil memikat hati para juri. Mereka pun lolos dalam 12 besar dan berhak untuk memboyong sebuah sepeda. Wah, senangnya! Rezeki banget ya? Tak percuma juga sepupuku all out di dalam kostum dan jogetnya sejak pagi.

Menjadi 60 besar peserta terbaik
Sumber: dok. pribadi

Keberhasilan ini tentu sangat mengesankan baginya. Bagaimana tidak, ini adalah tampilannya yang pertama. Pertama tampil dan langsung menang. Wow, mau dong!

Menjadi 12 besar peserta terbaik 
Sumber: dok. pribadi

Ngulek rujak ternyata bisa membawa rezeki. Maksudnya, ngulek di Festival Rujak Ulek Surabaya. Bagi sepupuku dan dinasnya, secara khusus rezeki yang didapat berupa uang dan sepeda. Tetapi bagi peserta dan masyarakat umum yang ada di sana ada rezeki lain yang juga tak boleh dilupakan. Rezeki itu berupa kerukunan, kegembiraan, persatuan dan kesatuan, terkenalnya Surabaya di mata dunia, dan lestarinya kuliner khas Surabaya. Rezeki tidak selalu berupa uang dan materi, bukan?

Nggak nyangka ya, semua berawal dari rujak ulek. 

So, jangan remehkan rujak ulek!



---------------

* Note:
Dokumentasi pribadi didapat atas kebaikan dari sepupu saya sekeluarga (milik mereka)